Aku Harus Melepasmu
Aku harus merelakanmu pergi – KAMU yang dulu tak pernah aku harapkan kehadirannya (sebelumnya). Tapi nyatanya, kamu datang juga dengan semua senyum dan canda yang meluluhlantakkan hati. Dengan semua tatapan mata dan keteduhan yang terbagi disana.
Aku harus merelakanmu pergi – setelah tiga tahun aku berkutat dengan rasa cinta yang memuncak, tersiksa dengan kekaguman berbalut obsesi ku, dan rindu yang tak pernah berujung, padamu.
Aku harus merelakanmu pergi – KAMU yang selalu siap setiap saat aku butuh bantuan, menemaniku kemanapun aku pergi, mengajarkan banyak hal tanpa menggurui, menemaniku mengobrol tiap malam, mendengarkan semua keluh kesahku, KAMU – yang tak membiarkanku terluka dan yang membuatku terluka, yang ikut tersenyum saat aku bahagia dan tak melihatmu sedih saat aku kehilangan.
Aku harus merelakanmu pergi – berdekatan denganmu membuat seluruh syarafku beku, berhenti bekerja. Jantung berdetak tak seirama, puluhan kali lebih cepat dari biasanya. Terkadang otak tak sewaras biasanya. Aku hilang akal sehatku. Belum lagi bulir keringat dingin yang membasahi tubuhku, lidahku yang kelu. Terdiam. Bukan karena tidak ada obrolan menarik antara kita. Bukan karena tak pernah ada topik asik disana. Tapi aku lebih sering memilih diam, mengagumimu.
Aku harus merelakanmu pergi – bukan sesuatu yang mudah, JELAS! Kamu punya semua yang aku harapkan. Tapi satu yang pasti KAMU tidak mengharapkan aku.
Aku harus merelakanmu pergi – bukan karena lelah atau jenuh dengan kegiatan yang bernama menunggu ini. Menunggu adalah sesuatu yang aku suka. Menunggu mu menghadirkan desiran aneh dan hangat dihatiku. Cemas mengharap senyum, peluk dan ciummu. Selalu membawa rasa nyaman meski dalam amarah. KAMU special. Karena itulah aku mau selalu menunggu. Tapi aku harus berhenti menunggu. Dalam keterpaksaan. Bahkan ketika bosan belum menghampiri.
Aku harus merelakanmu pergi – aku sudah biasa jadi orang yang tidak dipilih oleh cinta. Tapi tidak dipilih olehmu adalah satu pukulan terhebat yang pernah aku terima. Karena kamu memiliki semua yang aku butuhkan. Kamu lah harapan untuk labuhan semua rasa akhir ini. Tapi sekali lagi kenyataan pahit menamparku, kamu tidak memilihku.
Aku harus merelakanmu pergi – tanpa pertanyaan apapun yang tersisa. Tanpa pernyataan yang terucap. Meski aku belum dapat jawaban untuk “mengapa dulu kamu hadir?” dan “kenapa tak bisa?”
Aku harus merelakanmu pergi – KAMU yang selalu bilang : “kamu harus baik- baik saja, pasti bisa lebih baik”. TIDAK! Tidak akan ada harapan apapun lagi kedepannya. Aku harus melepaskanmu pergi. Tanpa harapan mendatang – sedikitpun.
Aku harus merelakanmu pergi – andai dulu kau tak bagi harapan lebih, tentu saat ini mestinya tak sesulit ini melepasmu.
Aku harus merelakanmu pergi dari hatiku – aku tak ingin ucap terimakasih. Karena itu akan hanya ada akhir. Aku tak ingin ucap perpisahan karena yang pernah terbagi antara kita semuanya indah, meski semu.
Aku harus merelakanmu pergi – meski tak ingin.
Aku harus merelakanmu pergi – dan aku belum juga ikhlas... KAMU – tetap saja disini. Aku saja yang pergi. Paling tidak cinta ini tetap tersimpan disini. Dihati bukan di jasadku.
In a middle of frustrated,
Monday, 13 Desember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar