Rabu, 19 Desember 2012

"Coffee and love are best when they are hot"

Sebungkus kopi sachet-an ditambah sesendok teh gula dan air panas, humm... aromanya selalu membuatku nyaman. Relieve. Keinget sebaris kata yang tertulis di tatakan gelas : "Coffee and love are best when they are hot". Ya, aromanya benar - benar berjuta sensasinya, sepertinya gak salah kalo jadi tagline salah satu brand kopi. Berjuta rasanya.. seperti yang aku rasakan sekarang. mendadak teringat kalimat itu, tatakan gelas di salah satu Cafe di Jogja. Ah iya, Jogja, kota yang selalu berkesan, istimewa tuk menciptakan sejuta kenangan berada disana. kali ini bukan Vara, tapi Radit...

Kenal, sebulan yang lalu. Ah, haruskah aku menceritakan awal perkenalanku pada kalian? Perkenalan itu terjadi begitu saja, tanpa disengaja, tanpa direncana atau keinginan untuk berkenalan. Apa yang harus aku ceritakan tentang dia? Radit.

Kuseruput lagi kopi panasku, mencoba kembali pada dunia nyata. Ya, dunia nyata. Kenyataannya kali ini sudah tak ada Vara. Dia pergi. Dia tak lagi disini. Dihati. Dusta itu seh. Tapi mimpi itu sudah berlalu. Mimpi hanya untuk di malam hari, dan ini sudah sangat siang. 
Mengenalnya, seperti membuka lagi hatiku. Euphoria seh kalo aku bilang. Sejak tau semua akun dia di socmed pengennya kepoooo mulu. Sejak pertama kali dia telpon, pengennya ngecek hape mulu. Gila yah.. jadi ngerasain abege lagi gitu. Bener2 bikin gila. Sampe2 nekat janjian kopdar, ketemuan di Jogja. Iya, aku gila. Menemui orang yang baru pertama kali ini bakal ketemu, belum kenal sebenernya orangnya tapi nekat aja gitu janjian di kota dia. Nekat. Iya.

Tapi.. setelah ketemu, berasa ilang gitu aja nih segala sesuatu yg tadinya sangat - sangat meledak - ledak. Seketika rasanya datar aja. No call no sms no coment or shout out. No one. Sengaja menghindar. Karna merasa pertemuan ini hanya sebatas pertemuan saja. Tak ada yang diharapkan lebih lanjut. Dan aku terlalu malu untuk membahasnya. Seminggu menghilang dan aku menghindar. Tak ada kabar apapun darinya. Semua socmed, kosong, tak ada tanda sedikitpun tentangnya. mulai merindukan nya kah? aku rasa tidak. Ah.. rasa kemaren kemana? 

Kuambil lagi gelas kopi ku yang masih ada setengahnya, dingin. Rasanya sama seperti yg aku rasakan saat ini. Jadi memang benar, "Coffee and love are best when they are hot"

Senin, 19 Maret 2012

Mencari Senja

Ya, Kamu selalu benar. Nyatanya memang udah gak ada matahari sore ini. Kamu selalu benar, untuk lebih memilih tukang pijet daripada menemaniku, menikmati senja.
So Ironic. Terkalahkan oleh tukang pijet!
Nampaknya, udah gak ada lagi harapan sore ini. 
Hey, seperti sore - sore sebelumnya bukan?
Hanya sore ini. Aku mohon.
Apakah "harapan" itu memang semu? Kamu.. benarkah masih "mengharapkannya?"
Atau... Sepertinya sudah tak perlu lagi ku kejar senja kali ini. Seperti ku mengejar mu. Seperti ku mengharap mu. Karena tak ada lagi jingga sore ini. Surut perlahan menggelap gerimis.

Seperti kata mereka...
Kita akan terus hidup selama masih punya harapan.
Dan aku, sore ini...
Memilih tak berharap, terhadap mu. Membiarkan asa ku, meredup perlahan.

Haruskah aku mengais terang esok pagi?