JOGJA
“Dis, kamu ke Jogja ya sore ini juga”, Big Boss tergopoh-gopoh menghampiri mejaku.
“Sore ini pak? Ada apa?” Tanyaku heran.
“Kamu urus tuh Diman, dia buat ulah lagi disana. Bambang udah gak bisa handle katanya. Saya udah siapkan driver, pokoknya besok Saya nggak mau masalah ini masih saja dibahas”. Wah kalo big boss udah bilang pokoknya, berarti udah nggak bisa dibantah lagi. Kalimat sanggahan ku yang pertama adalah,” harus saya pak?”
“Saya rasa Cuma kamu yang bisa mengatasinya”.
“Saya ijin pulang dulu ya pak, packing”.
“Makanya, lain kali sediakan beberapa potong baju dikantor jadi kalau harus tiba – tiba keluar kota siap saat itu juga. Lagi pula kamu kan doyan belanja, bisa beli baju disana kan? Gitu aja kok repot. Jangan kaya orang susah gitu lah”. Aku hanya manggut-manggut tak mau berdebat lagi dengan bos. Aku ini ke kantor mau kerja bukan pindah tidur, ngapain juga bawa2 pakaian ganti. Runtukku dalam hati, yah hanya dalam hati. Adil, nama bos ku ini, memang serius tapi sebenarnya santai. Yah kalau udah bilang pokoknya ya berarti harus dilaksanakan. Tapi tak pernah merintah orang dengan membentak. Orangnya benar2 adil, seperti namanya yang hanya ADIL –tanpa lanjutan-
Kulirik jam kecil berbentuk Bart Simpson di meja kerjaku, setengah satu. Masih ada waktu untuk packing. Siapkan beberapa baju saja, nggak ingin berlama2 disana. Kalaupun terpaksa, yah belanja deh. Butuh waktu tak sampai sepuluh menit tuk sampai kontrakan kecilku diperumahan dekat kantor. Tiga setengah jam tuk sampai Jogja. Berarti masih ada waktu dan tidak terlalu malam untuk bertemu dengan Pak Bambang, Branch Manager Jogja.