Rintik gerimis mulai mereda tepat ketika Ia mulai suapan pertamanya.
"enak?"
"enak lah, siapa dulu yang bikin"
Siapapun akan bahagia jika masakannya dipuji. Tapi aku merasa biasa saja. Tersenyum getir. Aku semakin resah. Lilitan
spagetti digarpu itu berada di hadapanku, digoyangnya menggoda memaksaku untuk membuka mulutku segera.
-kini harus aku lewati sepi hariku tanpa dirimu lagi..-
Alunan lagu Glenn itu spontan membuatku menggeleng. Aku sedang tak berselera melahap masakanku sendiri. Jari - jari besarnya dengan cepat menekan tombol off di radio. Seketika sepi, aku dan dia hanya saling menatap terpaku.
"sudahlah beib, kita nikmati makan siang ini aja yah? Inget kan, janjinya?"
"yup" jawabku tersenyum, tapi rasa hangat mengalir dari ujung mataku. Ah, aku tak pernah bisa berhasil mengontrol tangisku.
AC mobil ini tak juga berhasil membuatku merasa dingin. Resah itu masih juga belum mau pergi meski Dia disini bersamaku. Aku menekan tombol hitam di radio lagi, berharap ada lagu yg sedikit membuatku ceria lagi. Tapi nyatanya :
-di tengah rasa rinduku yg menggebu kau bersama dia, di saat-saat ku menunggu dirimu kau bersama dia...-
"Shit!" Jemarinya lincah menekan tombol off, jemariku juga lincah tuk menekannya kembali. Mencari station yang lain. Beberapa kali Dia menekannya lagi dan hal yang sama aku lakukan juga. Sampai pada suara :
-...semua tak kan mampu mengubahku, hanya kaulah yang ada direlungku..-Aku tersenyum menang, tapi rasa hangat yang mengalir di pipiku semakin deras kurasa.
Seketika tangan itu menarikku dalam pelukannya dan mendaratkan puluhan ciuman dipipiku, kening dan bibirku bertubi - tubi hingga aku tak sempat merasakan udara masuk melalui hidungku. Kudorong tubuhnya menjauh tersirat senyum diwajahnya. Senyumnya selalu membuat jantungku berdegup lemah, membuatku tenang.
"aku hanya ingin melihatmu tersenyum, terus tersenyum. Karna kamu cantik dengan senyummu."
Sekali lagi Dia merengkuhku, menciumiku...